POVTerkadang lelaki itu penuh kejutan. Dengan wajah dinginnya, dia mam การแปล - POVTerkadang lelaki itu penuh kejutan. Dengan wajah dinginnya, dia mam ไทย วิธีการพูด

POVTerkadang lelaki itu penuh kejut

POV

Terkadang lelaki itu penuh kejutan. Dengan wajah dinginnya, dia mampu menghadirkan kehangatan untukku saat aku memerlukannya. Saat kulihat wajah seriusnya yang sedang membaca buku atau mengetuk-ngetukkan jari-jemarinya di mejanya yang hanya berjarak satu meter dari mejaku, aku merasa ingin terus selalu bersamanya. Dan aku merasa bodoh ketika saat berbicara dengannya, pipiku langsung merona merah dengan sendirinya sehingga membuatnya sedikit tergelak.

Aku tidak pernah memaksanya menyebutkan nama kecilku. Tapi dia selalu memanggilku dengan nama kecilku, Chisaki. Aku benar-benar menyukai nada dalam suaranya saat menyebut namaku. Menenangkan. Tanpa kusadari dia benar-benar kehilangan rasa kebahagiaannya sejak usianya sembilan tahun, ketika dia datang ke rumah kakeknya sendirian dan membantu kakeknya bekerja sebagai nelayan. Aku benar-benar salut dengan keputusan dan pilihan-pilihan dalam hidupnya. Dan dia benar-benar menginspirasiku.

Kadang dia seperti salju yang perlahan meleleh di hadapanku. Aku tidak tahu itu. Namun ketika daguku tepat berada di bahunya, dan tangan tegasnya merangkulku, aku merasa nyaris tidak bisa bernapas. Aku suka di saat dia merapatkan jaketnya atau membaca buku di tengah keramaian dan dia akan mulai terdiam dan tenggelam dalam dunianya. Kadang aku menyesali, kenapa hatiku tidak terbuka untuknya pada saat pertama kali aku melihatnya di daratan. Dan kenapa harus Manaka yang menyukainya untuk pertama kalinya? Kenapa Manaka yang harus terjaring oleh jaringnya seakan-akan pertemuan mereka adalah sebuah takdir?

Ini gila. Benar-benar membuat otakku seakan tidak bisa berpikir dan napasku sangat sesak dan kata-kata di bibirku tercekat.

Dan tiba-tiba lelaki itu mencubit pipiku dengan pelan. Aku langsung menoleh dan tersadar dari lamunanku. Lelaki itu. Dia ada di hadapanku, tersenyum dingin seperti biasanya. Dan seperti biasanya, dia mengenakan jaket biru gelapnya yang selalu dirapatkan ke tubuhnya dan dia duduk di sebelahku. Sedetik kemudian tatapan mereka bertabrakkan dan aku merasa aku benar-benar bermimpi. Lelaki itu menyandarkan bahunya di pintu masuk dan memasukkan tangannya ke saku jaketnya yang tebal. Wajah dinginnya mengarah padaku, dan bola mata itu menatapku aneh.

"Chisaki?" suaranya dalam. Aku menoleh ke arahnya yang sedang memandangiku dengan sudut bola mata hitamnya. Bola mata biruku menatapnya, lekat. Entah mengapa, aku begitu menyukai suaranya ketika memanggil namaku.

"Ya?" sahutku langsung dengan wajahku yang memanas. Sudut mata dingin itu menatapku lekat.

Tsumugu berdeham, dan wajah dinginnya kembali menatapku dengan tatapan tidak biasanya, aku tahu tatapan itu, tatapan khawatirnya. "Kau tidak apa-apa, bukan?" tanyanya dan secara pelan, menyentuh tangan kananku. "Kulitmu agak kering. Wajahmu... agak pucat."

Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku, menyatakan tidak. Seperti biasa, dia selalu mengkhawatirkanku. "Tidak ada masalah." Aku menggerak-gerakkan tangan kananku dengan cepat. "Semuanya akan baik-baik saja." Aku tersenyum lagi, mencoba menenangkannya. Dia hanya menatap jauh ke depan seperti menerawang. Tiba-tiba kepalaku secara refleks menoleh ke arahnya.

"Tsumugu?"

"Hm?" sahutnya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Kenapa kau... memanggilku dengan nama kecilku? Kau... tahu nama keluargaku, bukan?" tanyaku memberanikan diri. Dengar saja, dia memanggilku Chisaki, bukan Hiradaira, nama keluargaku, padahal dia tahu nama lengkapku. Dan nada suaranya saat memanggilku...

Astaga, benar-benar seperti memanggil seorang...

Kekasih. Bibir Tsumugu yang terkatup rapat, tiba-tiba menyunggingkan senyumnya. Di ujung suasana dingin bumi berselimut salju ini, melihat senyumnya bagaikan mentari yang menyinari duniaku secara cepat dan menghangatkanku. Senyumnya dapat membuatku tenang dan aku hanya bisa berharap bisa melihat senyumnya untuk setiap hari.

"Karena aku suka namamu, Chisaki." Dia membalasnya cepat dengan nada tegas sambil mengetuk-ngetukkan jari-jemari lengan kurusnya.

Hanya itu? Keningku langsung membentuk guratan-guratan samar yang saling berlawanan dan aku hanya bisa memandangi butiran salju yang berjatuhan menari-nari di jendela ruang kelas dan dia langsung melirikku. Aku buru-buru menunduk tersipu malu dan menimpalinya, "Tsumugu, kau tahu... Saat kau memanggilku dengan nama kecilku, hal itu membuat..."

Aku sedikit ragu, namun dia menatapku penuh pertimbangan, dan aku menelan ludah gugup, melanjutkan dengan hati-hati, "Kita... terlihat seperti sepasang kekasih." Astaga, setelah mengatakan hal itu aku merasa napasku tercekat dan aku benar-benar merasa sulit bernapas. Dia tertawa pelan.

"Benarkah?" balasnya dengan nada geli, disertai tawa kecil di ujung kalimatnya. "Bagaimana kalau kau benar-benar menyukaiku?"

"Apa?" Mataku langsung terbelalak dan aku langsung menatapnya serius. "Tidak mungkin!" bantahku berdusta dan dia hanya puas menertawai ekspresi wajahku yang mungkin sudah merona merah dan aku menunduk malu. "Mana mungkin aku menyukaimu, tidak mungkin... Kurasa kau..." Aku tertawa sejenak, tidak yakin akan mengatakan hal ini. "Terlalu percaya diri."

Dia tertawa juga ketika mendengar perkataanku barusan. "Tapi, bukankah banyak gadis yang..." Dia terdiam sejenak dan memegang dagunya, "Menyukai lelaki yang tenang sepertiku?"

Aku tertawa kecil. "Tentu saja tidak! Dan menurutku... kau..." Napasku tercekat. Aku seakan-akan tidak bisa bicara dan mungkin aku hanya mengatakannya pada orang yang benar-benar kusayangi.

Menurutku kau tampan sekali.

"Tampan, bukan?" ceplosnya langsung dengan wajah tanpa dosanya seakan-akan bisa membaca pikiranku dengan sekali lihat. Aku tergelak lagi untuk kesekian kalinya dan menyiku bahunya pelan dengan siku tangan kananku.

"Tsumugu..." rajukku dengan wajah konyol.

.

.

Pandanganku tiba-tiba benar-benar lamur. Aku terus berjalan tanpa tahu arah. Tiba-tiba tubuhku lunglai dan aku nyaris pingsan di pinggir koridor kelas. Tiba-tiba aku merasa napasku sesak dan mataku berkunang-kunang. Bobot tubuhku nyaris jatuh dan kedua kakiku seakan tidak lagi menginjak bumi. Kakiku tidak mampu lagi menahan bobot tubuhku dan aku jatuh terjerembab ke tanah. Benar-benar nyaris mati. Doaku terkabul. Akhirnya ada seseorang yang menahanku, aku menggenggam tangannya erat dan dia menarikku keluar dari keramaian tersebut. Tangan hangat itu mencengkram tanganku erat, seperti kuncup bunga dengan tangkainya. Jaket biru gelapnya dipenuhi salju. Aku benar-benar bersyukur kali ini Tubuhku benar-benar seakan-akan lumpuh dan tubuhku langsung ditopang oleh tangan tegas yang langsung kukenali.

Seseorang... Siapa pun... Tolonglah...

Aku nyaris menangis dan suaraku benar-benar tidak keluar. Pertanda bahwa napasku benar-benar tersendat dan benar-benar membutuhkan pertolongan secepatnya. Aku sudah terlalu lemah untuk berteriak. Lututku merasa lemas. Air mataku mengalir pelan.

Kami-sama... Tolonglah...

Aku menghela napas lega dan mengatur napasku pelan-pelan. Aku berusaha luar biasa untuk mengatur napasnya agar normal kembali. Lelaki itu memapahku ke bangku taman pelan-pelan. Tubuhku benar-benar sudah oleng dan nyaris kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Tangan hangat itu mengulurkan minuman kalengnya, dan aku langsung meminumnya. Napasku sedikit lega dan aku mengusap air matanya perlahan. Teh hangat kalengan itu benar-benar menyelamatkanku. Ralat, tepatnya lelaki itulah yang benar-benar menyelamatkanku. He was my saviour, batinku singkat.

"Arigatou..."

Aku mengangkat wajahnya untuk melihat siapa sosok penolongku dan tiba-tiba napasku langsung tercekat. Mataku berusaha keras menahan air mata yang akan jatuh ke kedua belah pipinya lagi, seakan tidak percaya akan sosok yang dilihatku tepat di depan mataku itu. Kata-kata yang akan keluar dari bibirku tersendat pelan.

Tangan ini... Derap langkah kakinya cepat dan berirama. Buku-bukuku yang jatuh semua dipeganginya dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya menopang tubuhku yang sangat lemas seakan kehabisan tenaga. Aku benar-benar lemah, tidak berdaya sama sekali. Tangan tegas itu merengkuhku erat.

Dia. Selalu saja dia.

Kihara Tsumugu.

Dalam dekapannya, aku bisa mencium aroma kayu cendana yang khas, dan membuatku merasa nyaman dalam dekapannya dan pelan-pelan dia meletakkanku di dalam bak mandi yang sudah ia isi air penuh dan secara perlahan, ia menambahkan garam dan perlahan-lahan aku mulai mendapati kesadaranku dan kulitku yang mengering mulai melembab kembali walaupun pandanganku masih sedikit buyar dan aku langsung menatap wajah dinginnya itu dengan wajah penasaran, kenapa dia benar-benar bisa ada di saat aku benar-benar membutuhkannya.

Seolah-olah dia bisa membaca hatiku yang sedang kesulitan.

"Chisaki. Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk lemah. Dia hanya menggigit bibirnya dan pelan-pelan, dia mengacak rambutku dan hal itu membuatku merasa terlihat lemah di hadapannya. "Syukurlah. Apa kau ingin menambah garam?" tanyanya sambil mengambil kantong plastik bening berisi garam laut dan menaburkannya di bak air di kamar mandi ruang kesehatan ini.

Aku menggeleng. Mencoba tersenyum walau sebenarnya kepalaku pusing setengah mati. "Tidak apa-apa. Aku sudah merasa jauh lebih baik. Terima kasih."

Tiba-tiba dia berdiri dari bangkunya dan berkata, "Kurasa aku akan benar-benar memantaumu, sebab bisa-bisa ena-mu kering secara tiba-tiba. Aku bisa langsung membawamu ke bak mandi ini." Wajahnya benar-benar serius, dan aku langsung tertawa melihat wajah seriusnya seperti itu. Dia menoleh. Aku menatapnya, mencoba bersifat konyol.

"Kenapa kau berwajah seperti itu? Aku akan baik-baik saja," ujarku diiringi tawa kecil di ujung kalimatku. Dia menarik napas panjang sambil mencelupkan tangannya pada air di bakku. Dan dia menggerak-gerakkan tangannya yang mengambang di dalam air.

"Aku hanya cemas," jawabnya sambil menambahkan garam pada air rendamanku. Dia menatapku dengan wajah serius. Poninya basah akibat keringat yang terus menetes dari keningnya. "Aku benar-benar cemas."

"Chii-chan!"

Manaka langsung menghambur padaku den
0/5000
จาก: -
เป็น: -
ผลลัพธ์ (ไทย) 1: [สำเนา]
คัดลอก!
POVItu Terkadang lelaki penuh kejutan Dinginnya wajah Dengan, dia mampu menghadirkan kehangatan untukku วินาที aku memerlukannya วินาที kulihat wajah seriusnya ยาง sedang membaca buku atau mengetuk ngetukkan jari jemarinya di mejanya ยางฮัน berjarak ยาสาทุเมตร dari mejaku, aku merasa ingin terus selalu bersamanya ด่าน aku merasa bodoh ketika วินาที berbicara dengannya, pipiku langsung merona เมอร์อาห์ dengan sendirinya sehingga membuatnya sedikit tergelakAku ไม่ pernah memaksanya menyebutkan nama kecilku Tapi dia selalu memanggilku dengan nama kecilku, Chisaki Aku benar benar menyukai nada ดาลัม suaranya วินาที menyebut namaku Menenangkan Tanpa kusadari dia benar benar kehilangan รา kebahagiaannya sejak usianya ชาน tahun, ketika dia datang ke รูมาห์ kakeknya sendirian ด่าน membantu kakeknya bekerja sebagai nelayan Aku benar benar สลุด dengan keputusan ด่าน pilihan pilihan ดาลัม hidupnya ด่าน dia benar benar menginspirasikuKadang dia seperti salju ยาง perlahan meleleh di hadapanku Aku ไม่ tahu itu Namun ketika daguku tepat berada di bahunya ด่าน tangan tegasnya merangkulku, aku merasa nyaris ไม่ bisa bernapas Aku ร้านดิวินาที dia merapatkan jaketnya atau membaca buku ดิเทนกาห์ keramaian ด่าน dia mulai โรง terdiam ด่าน tenggelam ดาลัม dunianya Menyesali aku Kadang, kenapa hatiku ไม่ terbuka untuknya พดาวินาที pertama กาลี aku melihatnya di daratan ด่าน kenapa harus Manaka ยาง menyukainya untuk pertama kalinya Kenapa Manaka ยาง harus terjaring ทโอ jaringnya seakan สาบอะกัง pertemuan mereka adalah sebuah takdirกิล่า Ini Benar benar membuat otakku seakan ไม่ bisa berpikir ด่าน napasku sangat sesak แดนกะตะกะตะ di bibirku tercekatด่าน tiba tiba lelaki itu mencubit pipiku dengan pelan Aku langsung menoleh ด่าน tersadar dari lamunanku Lelaki itu Dia ada di hadapanku, tersenyum dingin seperti biasanya Biasanya seperti ด่าน dia mengenakan jaket แห่ง gelapnya ยาง selalu dirapatkan ke tubuhnya ด่าน dia duduk ดิ sebelahku Sedetik kemudian tatapan mereka bertabrakkan ด่าน aku merasa aku benar benar bermimpi Lelaki itu menyandarkan bahunya di pintu masuk ด่าน memasukkan tangannya ke โนสากุ jaketnya ยาง tebal Wajah dinginnya mengarah padaku ด่านโบภะรัตมะตะ itu menatapku anehดาลัม suaranya "Chisaki " Aku menoleh ke arahnya ยาง sedang memandangiku dengan sudut โบภะรัตมะตะ hitamnya โบภะรัตมะตะ biruku menatapnya, lekat Mengapa Entah, aku begitu menyukai suaranya ketika memanggil namaku"ยา" sahutku langsung dengan wajahku ยาง memanas Dingin itu menatapku lekat ภะรัตมะตะ SudutTsumugu berdeham ด่าน wajah dinginnya kembali menatapku dengan tatapan ไม่ biasanya, aku tahu tatapan itu, tatapan khawatirnya "เคาไม่อาป้าอาป้า bukan " tanyanya ด่าน secara pelan, menyentuh tangan kananku "Kulitmu agak kering Wajahmu... agak pucat "Aku tersenyum ด่าน menggelengkan kepalaku, menyatakan ไม่ Seperti biasa, dia selalu mengkhawatirkanku "ไม่ masalah ada" Aku menggerak gerakkan tangan kananku dengan cepat "Semuanya saja บาอิคบาอิคโรงงาน" Lagi tersenyum Aku, mencoba menenangkannya Ke Dia ฮัน menatap jauh depan seperti menerawang Tiba tiba kepalaku secara refleks menoleh ke arahnya"Tsumugu""Hm " sahutnya sambil mengerucutkan bibirnya lucu"เคา Kenapa... memanggilku dengan nama kecilku ...เคา tahu nama keluargaku, bukan ? " tanyaku memberanikan diri Saja Dengar, dia memanggilku Chisaki, Hiradaira, nama keluargaku, padahal dia tahu nama lengkapku bukan ด่าน nada suaranya วินาที memanggilku ...Astaga, benar benar seperti memanggil seorang ...Kekasih Bibir Tsumugu ยาง terkatup rapat, tiba tiba menyunggingkan senyumnya Dingin นี่ berselimut salju ini, melihat senyumnya bagaikan เมนตาริยาง menyinari duniaku secara cepat ด่าน menghangatkanku suasana ujung ดิ Senyumnya dapat membuatku tenang ด่าน aku ฮัน bisa berharap bisa melihat senyumnya untuk setiap ฮารี"Karena aku ร้าน namamu, Chisaki" Dia membalasnya cepat dengan nada tegas sambil mengetuk ngetukkan jari jemari lengan kurusnyaฮัน itu Keningku langsung membentuk guratan guratan ซามาร์ยาง saling berlawanan ด่าน aku ฮัน bisa memandangi butiran salju ยาง berjatuhan เทพนารีห่าง menari di jendela เรือง kelas ด่าน dia langsung melirikku Aku buru buru menunduk tersipu malu ด่าน menimpalinya, "Tsumugu เคา tahu... วินาทีเคา memanggilku dengan nama kecilku, hal itu membuat..."Aku sedikit ragu, namun dia menatapku penuh pertimbangan ด่าน aku menelan ludah gugup, melanjutkan dengan hati-hati, "คิตะ... terlihat seperti sepasang kekasih " Astaga, setelah mengatakan hal itu aku merasa napasku tercekat ด่าน aku benar benar merasa sulit bernapas Dia tertawa pelan"Benarkah " balasnya dengan nada geli, disertai tawa เคซิลบี di ujung kalimatnya "Bagaimana kalau เคา benar benar menyukaiku""อาป้า" Mataku langsung terbelalak ด่าน aku langsung menatapnya serius "ไม่ mungkin " bantahku berdusta ด่าน dia ฮัน puas menertawai ekspresi wajahku ยาง mungkin sudah merona เมอร์อาห์ด่าน aku menunduk malu "Mana mungkin aku menyukaimu, mungkin ไม่... Kurasa เคา..." Sejenak tertawa Aku, ini hal ไม่ yakin โรง mengatakan "Terlalu percaya diri"Dia tertawa juga ketika mendengar perkataanku barusan "Tapi, bukankah banyak gadis ยาง..." Dia dagunya memegang terdiam sejenak แดน "Menyukai lelaki ยาง tenang sepertiku"Aku tertawa เคซิล "ไม่ saja Tentu Menurutku แดน...เคา... " Napasku tercekat Aku ไม่สาบอะกัง seakan bisa bicara ด่าน mungkin aku ฮัน mengatakannya พดาแซงค์ยาง benar benar kusayangiMenurutku เคาในตัมปัน sekali"ในตัมปัน bukan " ceplosnya langsung dengan wajah tanpa dosanya สาบอะกัง seakan bisa membaca pikiranku dengan sekali lihat Aku tergelak lagi untuk kesekian kalinya ด่าน menyiku bahunya pelan dengan siku tangan kananku"Tsumugu..." rajukku dengan wajah konyol..Pandanganku tiba tiba benar benar lamur Aku terus berjalan tanpa tahu arah Tiba tiba tubuhku lunglai ด่าน aku nyaris pingsan di pinggir koridor kelas Tiba tiba aku merasa napasku sesak ด่าน mataku berkunang-คู Bobot tubuhku nyaris jatuh ด่าน kedua kakiku seakan ไม่ lagi menginjak บูมิ Kakiku ไม่ mampu lagi menahan bobot tubuhku ด่าน aku jatuh terjerembab ke ทา แรกคือจิตรกร nyaris Benar-benar Doaku terkabul Akhirnya เอ seseorang ยาง menahanku, aku menggenggam tangannya erat ด่าน dia menarikku keluar dari keramaian tersebut Tangan hangat itu mencengkram tanganku erat, seperti kuncup บุหงา dengan tangkainya Jaket แห่ง gelapnya dipenuhi salju Aku benar benar bersyukur กาลี ini Tubuhku benar benar lumpuh seakan สาบอะกังด่าน tubuhku langsung ditopang ทโอ tangan tegas ยาง langsung kukenaliSeseorang ... Siapa เตาปูน... Tolonglah ...Aku nyaris menangis ด่าน suaraku benar benar ไม่ keluar Pertanda bahwa napasku benar benar tersendat ด่าน benar benar membutuhkan pertolongan secepatnya Aku sudah terlalu lemah untuk berteriak Lututku merasa lemas อากาศ mataku mengalir pelanคามิ-sama ... Tolonglah ...Aku menghela napas lega ด่าน mengatur napasku pelan-pelan Aku berusaha luar biasa untuk mengatur napasnya agar ปกติ kembali Lelaki itu memapahku ke bangku มาน pelan-pelan Tubuhku benar benar sudah oleng ด่าน nyaris kehilangan kesadaran sepenuhnyaTangan hangat itu mengulurkan minuman kalengnya ด่าน aku langsung meminumnya Napasku sedikit lega ด่าน aku mengusap อากาศ matanya perlahan เตห์ hangat kalengan itu benar benar menyelamatkanku Ralat, tepatnya lelaki itulah ยาง benar-benar menyelamatkanku เขาเป็นของฉัน saviour, batinku singkat"Arigatou..."Aku mengangkat wajahnya untuk melihat siapa sosok penolongku ด่าน tiba tiba napasku langsung tercekat Mataku berusaha keras menahan อากาศภะรัตมะตะยางโรง jatuh ke kedua belah pipinya lagi, seakan ไม่ percaya sosok โรงยาง dilihatku tepat di depan mataku itu กะตะกะตะยาง keluar โรง dari bibirku tersendat pelanTangan ini ... Derap berirama langkah kakinya cepat ด่าน Buku bukuku ยาง jatuh semua dipeganginya dengan tangan kirinya ด่าน tangan kanannya menopang tubuhku ยาง sangat lemas seakan kehabisan กิทเทนา Lemah benar benar Aku ไม่ berdaya sama sekali Tangan tegas itu merengkuhku eratDia. Selalu saja dia.Kihara TsumuguDekapannya ดาลัม aku bisa mencium หอม kayu เซ็นดาน่ายาง khas ด่าน membuatku merasa nyaman ดาลัม dekapannya ด่าน pelan pelan dia meletakkanku ดิดาลัมบัค mandi ยาง sudah ia isi อากาศ penuh ด่าน secara perlahan, ia menambahkan อุ่น garam ด่านละหาร perlahan aku mulai mendapati kesadaranku ด่าน kulitku ยาง mengering mulai melembab kembali walaupun pandanganku masih sedikit buyar ด่าน aku langsung menatap wajah dinginnya itu dengan wajah penasaran, kenapa dia benar benar bisa เอดิวินาที aku benar benar membutuhkannyaSeolah olah dia bisa membaca hatiku ยาง sedang kesulitan"Chisaki เคาบาอิคบาอิค saja "Aku mengangguk lemah Dia ฮัน menggigit bibirnya ด่าน pelan-pelan, dia mengacak rambutku ด่าน hal itu membuatku merasa terlihat lemah di hadapannya "Syukurlah อาป้าเคา ingin menambah อุ่น garam " tanyanya sambil mengambil kantong plastik เบนิง berisi อุ่น garam laut ด่าน menaburkannya di บัคอากาศดี kamar mandi เรือง kesehatan iniAku menggeleng Mencoba tersenyum walau sebenarnya kepalaku pusing setengah แรกคือจิตรกร "ไม่อาป้าอาป้า Aku sudah merasa jauh lebih บาอิค Terima kasih "Tiba tiba dia berdiri dari bangkunya ด่าน berkata, "Kurasa aku โรง benar-benar memantaumu, sebab bisa-bisa มูอีนะ kering secara tiba-tiba Aku bisa langsung membawamu ke บัค mandi ini " Wajahnya benar benar serius ด่าน aku langsung tertawa melihat wajah seriusnya seperti itu Dia menoleh Aku menatapnya, mencoba bersifat konyol"Kenapa เคา berwajah seperti itu Aku โรงบาอิคบาอิค saja," ujarku diiringi tawa เคซิลบี di ujung kalimatku Dia menarik napas panjang sambil mencelupkan tangannya พดาอากาศดี bakku ด่าน dia menggerak gerakkan tangannya ยาง mengambang ดิดาลัมอากาศ"Aku ฮัน cemas," jawabnya sambil menambahkan อุ่น garam พดาอากาศ rendamanku Dia menatapku dengan wajah serius Poninya basah akibat keringat ยาง terus menetes dari keningnya "Aku cemas benar-benar""Chii จัง"Manaka langsung menghambur padaku เดน
การแปล กรุณารอสักครู่..
ผลลัพธ์ (ไทย) 2:[สำเนา]
คัดลอก!
POV

Terkadang lelaki itu penuh kejutan. Dengan wajah dinginnya, dia mampu menghadirkan kehangatan untukku saat aku memerlukannya. Saat kulihat wajah seriusnya yang sedang membaca buku atau mengetuk-ngetukkan jari-jemarinya di mejanya yang hanya berjarak satu meter dari mejaku, aku merasa ingin terus selalu bersamanya. Dan aku merasa bodoh ketika saat berbicara dengannya, pipiku langsung merona merah dengan sendirinya sehingga membuatnya sedikit tergelak.

Aku tidak pernah memaksanya menyebutkan nama kecilku. Tapi dia selalu memanggilku dengan nama kecilku, Chisaki. Aku benar-benar menyukai nada dalam suaranya saat menyebut namaku. Menenangkan. Tanpa kusadari dia benar-benar kehilangan rasa kebahagiaannya sejak usianya sembilan tahun, ketika dia datang ke rumah kakeknya sendirian dan membantu kakeknya bekerja sebagai nelayan. Aku benar-benar salut dengan keputusan dan pilihan-pilihan dalam hidupnya. Dan dia benar-benar menginspirasiku.

Kadang dia seperti salju yang perlahan meleleh di hadapanku. Aku tidak tahu itu. Namun ketika daguku tepat berada di bahunya, dan tangan tegasnya merangkulku, aku merasa nyaris tidak bisa bernapas. Aku suka di saat dia merapatkan jaketnya atau membaca buku di tengah keramaian dan dia akan mulai terdiam dan tenggelam dalam dunianya. Kadang aku menyesali, kenapa hatiku tidak terbuka untuknya pada saat pertama kali aku melihatnya di daratan. Dan kenapa harus Manaka yang menyukainya untuk pertama kalinya? Kenapa Manaka yang harus terjaring oleh jaringnya seakan-akan pertemuan mereka adalah sebuah takdir?

Ini gila. Benar-benar membuat otakku seakan tidak bisa berpikir dan napasku sangat sesak dan kata-kata di bibirku tercekat.

Dan tiba-tiba lelaki itu mencubit pipiku dengan pelan. Aku langsung menoleh dan tersadar dari lamunanku. Lelaki itu. Dia ada di hadapanku, tersenyum dingin seperti biasanya. Dan seperti biasanya, dia mengenakan jaket biru gelapnya yang selalu dirapatkan ke tubuhnya dan dia duduk di sebelahku. Sedetik kemudian tatapan mereka bertabrakkan dan aku merasa aku benar-benar bermimpi. Lelaki itu menyandarkan bahunya di pintu masuk dan memasukkan tangannya ke saku jaketnya yang tebal. Wajah dinginnya mengarah padaku, dan bola mata itu menatapku aneh.

"Chisaki?" suaranya dalam. Aku menoleh ke arahnya yang sedang memandangiku dengan sudut bola mata hitamnya. Bola mata biruku menatapnya, lekat. Entah mengapa, aku begitu menyukai suaranya ketika memanggil namaku.

"Ya?" sahutku langsung dengan wajahku yang memanas. Sudut mata dingin itu menatapku lekat.

Tsumugu berdeham, dan wajah dinginnya kembali menatapku dengan tatapan tidak biasanya, aku tahu tatapan itu, tatapan khawatirnya. "Kau tidak apa-apa, bukan?" tanyanya dan secara pelan, menyentuh tangan kananku. "Kulitmu agak kering. Wajahmu... agak pucat."

Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku, menyatakan tidak. Seperti biasa, dia selalu mengkhawatirkanku. "Tidak ada masalah." Aku menggerak-gerakkan tangan kananku dengan cepat. "Semuanya akan baik-baik saja." Aku tersenyum lagi, mencoba menenangkannya. Dia hanya menatap jauh ke depan seperti menerawang. Tiba-tiba kepalaku secara refleks menoleh ke arahnya.

"Tsumugu?"

"Hm?" sahutnya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Kenapa kau... memanggilku dengan nama kecilku? Kau... tahu nama keluargaku, bukan?" tanyaku memberanikan diri. Dengar saja, dia memanggilku Chisaki, bukan Hiradaira, nama keluargaku, padahal dia tahu nama lengkapku. Dan nada suaranya saat memanggilku...

Astaga, benar-benar seperti memanggil seorang...

Kekasih. Bibir Tsumugu yang terkatup rapat, tiba-tiba menyunggingkan senyumnya. Di ujung suasana dingin bumi berselimut salju ini, melihat senyumnya bagaikan mentari yang menyinari duniaku secara cepat dan menghangatkanku. Senyumnya dapat membuatku tenang dan aku hanya bisa berharap bisa melihat senyumnya untuk setiap hari.

"Karena aku suka namamu, Chisaki." Dia membalasnya cepat dengan nada tegas sambil mengetuk-ngetukkan jari-jemari lengan kurusnya.

Hanya itu? Keningku langsung membentuk guratan-guratan samar yang saling berlawanan dan aku hanya bisa memandangi butiran salju yang berjatuhan menari-nari di jendela ruang kelas dan dia langsung melirikku. Aku buru-buru menunduk tersipu malu dan menimpalinya, "Tsumugu, kau tahu... Saat kau memanggilku dengan nama kecilku, hal itu membuat..."

Aku sedikit ragu, namun dia menatapku penuh pertimbangan, dan aku menelan ludah gugup, melanjutkan dengan hati-hati, "Kita... terlihat seperti sepasang kekasih." Astaga, setelah mengatakan hal itu aku merasa napasku tercekat dan aku benar-benar merasa sulit bernapas. Dia tertawa pelan.

"Benarkah?" balasnya dengan nada geli, disertai tawa kecil di ujung kalimatnya. "Bagaimana kalau kau benar-benar menyukaiku?"

"Apa?" Mataku langsung terbelalak dan aku langsung menatapnya serius. "Tidak mungkin!" bantahku berdusta dan dia hanya puas menertawai ekspresi wajahku yang mungkin sudah merona merah dan aku menunduk malu. "Mana mungkin aku menyukaimu, tidak mungkin... Kurasa kau..." Aku tertawa sejenak, tidak yakin akan mengatakan hal ini. "Terlalu percaya diri."

Dia tertawa juga ketika mendengar perkataanku barusan. "Tapi, bukankah banyak gadis yang..." Dia terdiam sejenak dan memegang dagunya, "Menyukai lelaki yang tenang sepertiku?"

Aku tertawa kecil. "Tentu saja tidak! Dan menurutku... kau..." Napasku tercekat. Aku seakan-akan tidak bisa bicara dan mungkin aku hanya mengatakannya pada orang yang benar-benar kusayangi.

Menurutku kau tampan sekali.

"Tampan, bukan?" ceplosnya langsung dengan wajah tanpa dosanya seakan-akan bisa membaca pikiranku dengan sekali lihat. Aku tergelak lagi untuk kesekian kalinya dan menyiku bahunya pelan dengan siku tangan kananku.

"Tsumugu..." rajukku dengan wajah konyol.

.

.

Pandanganku tiba-tiba benar-benar lamur. Aku terus berjalan tanpa tahu arah. Tiba-tiba tubuhku lunglai dan aku nyaris pingsan di pinggir koridor kelas. Tiba-tiba aku merasa napasku sesak dan mataku berkunang-kunang. Bobot tubuhku nyaris jatuh dan kedua kakiku seakan tidak lagi menginjak bumi. Kakiku tidak mampu lagi menahan bobot tubuhku dan aku jatuh terjerembab ke tanah. Benar-benar nyaris mati. Doaku terkabul. Akhirnya ada seseorang yang menahanku, aku menggenggam tangannya erat dan dia menarikku keluar dari keramaian tersebut. Tangan hangat itu mencengkram tanganku erat, seperti kuncup bunga dengan tangkainya. Jaket biru gelapnya dipenuhi salju. Aku benar-benar bersyukur kali ini Tubuhku benar-benar seakan-akan lumpuh dan tubuhku langsung ditopang oleh tangan tegas yang langsung kukenali.

Seseorang... Siapa pun... Tolonglah...

Aku nyaris menangis dan suaraku benar-benar tidak keluar. Pertanda bahwa napasku benar-benar tersendat dan benar-benar membutuhkan pertolongan secepatnya. Aku sudah terlalu lemah untuk berteriak. Lututku merasa lemas. Air mataku mengalir pelan.

Kami-sama... Tolonglah...

Aku menghela napas lega dan mengatur napasku pelan-pelan. Aku berusaha luar biasa untuk mengatur napasnya agar normal kembali. Lelaki itu memapahku ke bangku taman pelan-pelan. Tubuhku benar-benar sudah oleng dan nyaris kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Tangan hangat itu mengulurkan minuman kalengnya, dan aku langsung meminumnya. Napasku sedikit lega dan aku mengusap air matanya perlahan. Teh hangat kalengan itu benar-benar menyelamatkanku. Ralat, tepatnya lelaki itulah yang benar-benar menyelamatkanku. He was my saviour, batinku singkat.

"Arigatou..."

Aku mengangkat wajahnya untuk melihat siapa sosok penolongku dan tiba-tiba napasku langsung tercekat. Mataku berusaha keras menahan air mata yang akan jatuh ke kedua belah pipinya lagi, seakan tidak percaya akan sosok yang dilihatku tepat di depan mataku itu. Kata-kata yang akan keluar dari bibirku tersendat pelan.

Tangan ini... Derap langkah kakinya cepat dan berirama. Buku-bukuku yang jatuh semua dipeganginya dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya menopang tubuhku yang sangat lemas seakan kehabisan tenaga. Aku benar-benar lemah, tidak berdaya sama sekali. Tangan tegas itu merengkuhku erat.

Dia. Selalu saja dia.

Kihara Tsumugu.

Dalam dekapannya, aku bisa mencium aroma kayu cendana yang khas, dan membuatku merasa nyaman dalam dekapannya dan pelan-pelan dia meletakkanku di dalam bak mandi yang sudah ia isi air penuh dan secara perlahan, ia menambahkan garam dan perlahan-lahan aku mulai mendapati kesadaranku dan kulitku yang mengering mulai melembab kembali walaupun pandanganku masih sedikit buyar dan aku langsung menatap wajah dinginnya itu dengan wajah penasaran, kenapa dia benar-benar bisa ada di saat aku benar-benar membutuhkannya.

Seolah-olah dia bisa membaca hatiku yang sedang kesulitan.

"Chisaki. Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk lemah. Dia hanya menggigit bibirnya dan pelan-pelan, dia mengacak rambutku dan hal itu membuatku merasa terlihat lemah di hadapannya. "Syukurlah. Apa kau ingin menambah garam?" tanyanya sambil mengambil kantong plastik bening berisi garam laut dan menaburkannya di bak air di kamar mandi ruang kesehatan ini.

Aku menggeleng. Mencoba tersenyum walau sebenarnya kepalaku pusing setengah mati. "Tidak apa-apa. Aku sudah merasa jauh lebih baik. Terima kasih."

Tiba-tiba dia berdiri dari bangkunya dan berkata, "Kurasa aku akan benar-benar memantaumu, sebab bisa-bisa ena-mu kering secara tiba-tiba. Aku bisa langsung membawamu ke bak mandi ini." Wajahnya benar-benar serius, dan aku langsung tertawa melihat wajah seriusnya seperti itu. Dia menoleh. Aku menatapnya, mencoba bersifat konyol.

"Kenapa kau berwajah seperti itu? Aku akan baik-baik saja," ujarku diiringi tawa kecil di ujung kalimatku. Dia menarik napas panjang sambil mencelupkan tangannya pada air di bakku. Dan dia menggerak-gerakkan tangannya yang mengambang di dalam air.

"Aku hanya cemas," jawabnya sambil menambahkan garam pada air rendamanku. Dia menatapku dengan wajah serius. Poninya basah akibat keringat yang terus menetes dari keningnya. "Aku benar-benar cemas."

"Chii-chan!"

Manaka langsung menghambur padaku den
การแปล กรุณารอสักครู่..
ผลลัพธ์ (ไทย) 3:[สำเนา]
คัดลอก!
ไม่เป็น

terkadang มนุษย์ ITU penuh kejutan . กับ wajah dinginnya Dia ระบบเครือข่าย menghadirkan kehangatan untukku เมื่อฉัน memerlukannya . เมื่อ kulihat wajah seriusnya หยางจะ membaca Buku หรือ mengetuk ngetukkan Jari jemarinya di mejanya หยางเท่านั้น berjarak หนึ่งเมตรจาก mejaku ฉัน merasa , ingin ยังคง selalu bersamanya . แดน ฉัน merasa ทํา dengannya ketika เมื่อพูดถึง ,pipiku langsung merona เมราห์ ด้วย sendirinya ถึง membuatnya sedikit tergelak

ฉันที่การ memaksanya menyebutkan ชื่อ kecilku . แต่เขา selalu memanggilku กับชื่อ kecilku chisaki , . ฉันขวาขวา menyukai นาดาใน suaranya เมื่อ menyebut namaku . ทําความสะอาดเพิ่มเติม . tanpa kusadari Dia ขวาขวาที่หายจากรสา kebahagiaannya ตั้งแต่ usianya เวสต์เวอร์จิเนียปีที่ ,ketika Dia Datang Ke บ้าน kakeknya sendirian แดนเป็นประโยชน์ kakeknya การทํางานเช่น nelayan . ฉันขวาขวาสลุด ด้วย keputusan แดน Option Option ใน hidupnya . แดนเขาขวาขวา menginspirasiku

kadang dia ชอบ salju ยาง perlahan meleleh di hadapanku . ฉันไม่รู้คือ . อย่างไรก็ตาม ketika daguku ขวาไม่ได้อยู่ในมือ tegasnya merangkulku bahunya , แดน ,ฉัน merasa nyaris ที่ bisa bernapas . ฉันซูก้า ดิ เมื่อวันที่ merapatkan jaketnya หรือ membaca Buku di เต็งกาห์ keramaian แดนเขาต้องการเริ่มต้น terdiam แดน tenggelam ใน dunianya . kadang aku menyesali kenapa hatiku , ที่ terbuka untuknya ในวินาทีแรก กาลี มก. melihatnya di daratan . แดน kenapa ควรจะ มานากะ ยาง menyukainya เพื่อแรก kalinya ?kenapa มานากะ ยางควรจะ terjaring โดย jaringnya seakan อาค pertemuan พวกเขาคือ a takdir ?

นี้ก่า . ขวาขวา membuat otakku seakan ที่ bisa berpikir แดน napasku sangat sesak แดนตะกะตะ ดิ bibirku tercekat

แดนอายุรเวทอายุรเวทมนุษย์ ITU เมินจูบิต pipiku กับ pelan . ฉัน langsung menoleh แดน tersadar ดารี lamunanku . มนุษย์คือ . เอ ดิ hadapanku Dia ,tersenyum dingin ชอบมักจะ . แดนชอบมักจะ Dia mengenakan jaket บิรู gelapnya ยาง selalu dirapatkan Ke tubuhnya แดนเขานั่งอยู่ใน sebelahku . sedetik แล้ว tatapan พวกเขา bertabrakkan แดนฉัน merasa ฉันขวาขวา bermimpi . มนุษย์คือ menyandarkan bahunya di ปินตูคุ้มไข่น้ำแดน memasukkan tangannya Ke ซาคุ jaketnya ยางนิ้ว . wajah dinginnya padaku mengarah ,แดน โบลา Mata ITU menatapku aneh .

" chisaki ? " suaranya NO . ฉัน menoleh Ke arahnya หยางจะ memandangiku กับ sudut โบลา มาตา hitamnya . โบลา มาตา biruku menatapnya lekat , . นต๊ะทําไม , ฉัน begitu menyukai suaranya ketika memanggil namaku

" นี่ ? " sahutku langsung กับ wajahku ยาง memanas . sudut Mata dingin ITU menatapku lekat

berdeham tsumugu ,
การแปล กรุณารอสักครู่..
 
ภาษาอื่น ๆ
การสนับสนุนเครื่องมือแปลภาษา: กรีก, กันนาดา, กาลิเชียน, คลิงออน, คอร์สิกา, คาซัค, คาตาลัน, คินยารวันดา, คีร์กิซ, คุชราต, จอร์เจีย, จีน, จีนดั้งเดิม, ชวา, ชิเชวา, ซามัว, ซีบัวโน, ซุนดา, ซูลู, ญี่ปุ่น, ดัตช์, ตรวจหาภาษา, ตุรกี, ทมิฬ, ทาจิก, ทาทาร์, นอร์เวย์, บอสเนีย, บัลแกเรีย, บาสก์, ปัญจาป, ฝรั่งเศส, พาชตู, ฟริเชียน, ฟินแลนด์, ฟิลิปปินส์, ภาษาอินโดนีเซี, มองโกเลีย, มัลทีส, มาซีโดเนีย, มาราฐี, มาลากาซี, มาลายาลัม, มาเลย์, ม้ง, ยิดดิช, ยูเครน, รัสเซีย, ละติน, ลักเซมเบิร์ก, ลัตเวีย, ลาว, ลิทัวเนีย, สวาฮิลี, สวีเดน, สิงหล, สินธี, สเปน, สโลวัก, สโลวีเนีย, อังกฤษ, อัมฮาริก, อาร์เซอร์ไบจัน, อาร์เมเนีย, อาหรับ, อิกโบ, อิตาลี, อุยกูร์, อุสเบกิสถาน, อูรดู, ฮังการี, ฮัวซา, ฮาวาย, ฮินดี, ฮีบรู, เกลิกสกอต, เกาหลี, เขมร, เคิร์ด, เช็ก, เซอร์เบียน, เซโซโท, เดนมาร์ก, เตลูกู, เติร์กเมน, เนปาล, เบงกอล, เบลารุส, เปอร์เซีย, เมารี, เมียนมา (พม่า), เยอรมัน, เวลส์, เวียดนาม, เอสเปอแรนโต, เอสโทเนีย, เฮติครีโอล, แอฟริกา, แอลเบเนีย, โคซา, โครเอเชีย, โชนา, โซมาลี, โปรตุเกส, โปแลนด์, โยรูบา, โรมาเนีย, โอเดีย (โอริยา), ไทย, ไอซ์แลนด์, ไอร์แลนด์, การแปลภาษา.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: